http://www.one.org

Blog-nya keluarga Zyva, mudah-mudahan berguna.. amin!

Lindungi Putra-Putri Anda dari Ancaman Bahaya Rokok!

Monday, February 05, 2007

Banjir.. Jakarta.. Terbanjir

Hujan yang mengguyur Jakarta sepekan ini memang sudah diramalkan bakal membuat kota Jakarta kembali mengalami banjir, bahkan perkiraan banjir besar siklus 5 tahunan bakal terjadi. Namun yang terjadi bukan banjir besar seperti 5 tahun lalu, namun BANJIR TERBESAR dan TERPARAH dibanding 5 tahun lalu. Banyak pihak yang seharusnya dianggap bertanggung jawab, bahkan juga masyarakat yang menjadi korban karena tidak disiplin membuang sampah pada tempatnya.. Tapi yah banjir kali ini mudah2an membuka mata dan hati untuk perbaikan kebijakan pemkot Jakarta.

Banjir tahun ini juga melanda rumah ibunda kami di daerah pejaten timur, pasar minggu. Setelah berita yang tersiar akan air bah yang melanda bendungan bogor mencapai puncaknya pada hari Sabtu (03/02) pagi, dan akan sampai jakarta 10 jam kemudian, maka pada pukul 5 sore dapat laporan sms dari Fitria keponakan kami yang tinggal dirumah ibu bahwa air sudah sampai mata kaki di depan rumah.

Melihat sms itu saya bergegas bersiap untuk menuju pasar minggu. Setelah mampir ke warteg membeli bekal persiapan makan, dan ke Hero supermarket beli persiapan batere dan penerangan lilin, saya memacu karimun merah menembus Jakarta yang mengalami kelumpuhan lalu lintas dari hari Jumat karena banyak genangan air di ruas2 jalan.

Sampai di daerah dekat rumah ibu jam 7-an, dan sudah terlihat jajaran parkiran mobil dan orang2 sibuk dan berkumpul di tepian banjir. Sayapun bergegas menembus banjir menuju rumah ibu di jalan kemuning. Sempat tidak percaya juga dengan ketinggian air yang sudah sepinggang saya, karena selama ini banjir setinggi ini tidak pernah melanda daerah rumah ibu saya. Sampai di rumah ibu terlihat, Fitria, Ozan, Om Hama dan Thomas sibuk mengamankan barang2 berharga, sayapun ikut bergabung.

Ketinggian air bisa dibilang naik dengan cepat, hingga kita memutuskan untuk meninggalkan rumah, namun di jalan depan rumah ternyata sudah sepundak orang dewasa, Fitria sangat takut untuk beranjak, sayapun memutuskan untuk tinggal dan naik ke lantai 2, karena takut akan kayu2 yang merintangi jalan keluar nanti sementara air naik dengan cepat. Om Hama meninggalkan kami untuk mencari pertolongan sementara Thomas juga pergi untuk menjaga motor Ozan yang ditinggal di daerah yg lebih tinggi. Tinggal saya, Ozan dan Fitria yang mencoba bertahan di lantai 2.

Saya melihat jam di HP menunjukan pukul 21.45, air di dalam rumah sudah sangat tinggi, terakhir saya masuk air untuk mencoba menutup pintu depan sekitar 10 menit lalu, sudah setinggi pundak. Jalan depan rumah yang ketinggiannya lebih rendah dari lantai rumah pasti sudah sangat tinggi, kemungkinan 2,5 meter. Kamipun makan makanan yang tadi saya beli.

Kebingungan, kedinginan, kesunyian kini melanda, hanya beberapa kali kerabat dan mama yang masih berada di Aceh menghungi lewat HP. Ternyata tetangga sebelah rumah kami juga terjebak dilantai 2 rumahnya, kami sempat bercengkrama tentang kemungkinan penyelamatan. Gerimis beberapa kali turun, hingga menambah suasana dingin. Saya baru menyadari kesusahan orang2 yang menjadi korban banjir dari hari jumat dan harus berada di atap2 rumah mereka, yang selalu saya lihat di berita2 televisi, kini saya mengalaminya bersama Ozan dan Fitria.

Melihat kecendrungan air yg terus naik sayapun teringan akan nasib mobil saya si karimun merah yang terparkir di daerah yang tadinya saya anggap aman, kemungkinan akan terimbas juga. Dengan sangat terpaksa saya meminta bantuan Iwan teman saya di daerah Pondok Kelapa, Jakarta Timur untuk mengambil kunci cadangan di rumah dan membawa mobil saya kembali. Syukur alhamdulillah, akhirnya setelah selang 1 jam Iwan menghubungi sudah membawa mobil saya bersama Fuad, yang katanya hampir 2 meter lagi air mencapai mobil saya, lega sekali mendengar itu. Saya sangat berterima kasih kepada 2 teman baik saya itu mau bersusah payah direpotkan ditangah malam.

Sekitar pukul 1.30 dini hari, kami mendengar suara orang2 yang sepertinya tim evakuasi. dan syukur alhamdulillah ternyata benar, walau kami sempat melihat hanya dengan ban2 pelampung. Proses evakuasipun dimulai dengan menyelamatkan tetangga sebelah kami terlebih dahulu karena ada orang tua dan wanita lebih banyak. Dengan membongkar loteng rumah itu untuk pijakan pada reng kayu agar lebih mudah menaiki dan menuruninya. Selang beberapa lama semua yang terjebak di rumah tetangga kami itupun berhasil di evakuasi.

Om hama menghubungi lewat HP, dia dan saudara kami bang iwan sudah ada di dekat daerah kami dan bersama perahu karet dari satuan marinir. Tidak lama perahu karet pun tiba, dan saudara kami bang iwan ikut disitu. Prioritas kami mengevakuasi keponakan kami Fitria, dengan dibantu Ozan merangkak mencoba menggunakan jalur evakuasi tetangga kami sebelumnya, karena dari atap rumah tempat kami bertahan tidak memungkinkan untuk turun ke depan rumah. Sesaat sayapun bimbang apakah akan terus bertahan sambil menjaga rumah, atau ikut evakuasi. namun ajakan dan isue kalau air akan kembali naik membuat saya memutuskan untuk ikut evakuasi.

Jam di HP menunjukan jam 2 dini hari. Saya, Ozan dan Fitria berhasil dievakuasi, kami mengungsi ke rumah tante Tifa di Jl. Samali, sementara Ozan memutuskan pulang ke kebagusan. Saya membersihakan badan dan mencoba untuk tidur, karena sangat kelelahan. Namun hanya bisa tidur sebentar karena selalu teringat rumah ibu yang terendam banjir.

Jam 6 pagi saya kembali kesana, dan syukurnya air sudah banyak menyusut hingga dengkul. Saya dengan sedih menatap rumah yang dulu kami tempati bersama tergenang air, di dalam rumah sangat berantakan karena lemari dan perabotan rumah rusak karena tergenang air. Saya mengambil gambarnya dengan HP untuk mengingatkan bencana ini yang mungkin menjadi cobaan cukup berat untuk keluarga kami, dan semoga tidak terulang kembali...


0 Comments:

Post a Comment

<< Home